Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia | Komoditas Kelapa Sawit

- September 30, 2017

Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia | Komoditas Kelapa Sawit

 

Industri kelapa sawit di Indonesia sudah berkembang pesat yang dengannya dukungan pertumbuhan perkebunan yng Amat pesat juga sampai-sampai mencapai lebih dari 6.3 juta hektar yng terdiri dari sekitar 60% yng diusahakan oleh perkebunan besar serta 40% oleh perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit ini tak terlepas dari politik ekspansi pada akhir 1970 an disertai pengenalan PIR menjadi sarana bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat pula berlangsung pada ke dua jenis pengusahaan yakni perkebunan besar serta perkebunan rakyat. Hingga yang dengannya tahun 2007 tercantum 965 perusahaan yang dengannya luas perkebunan 3.753 juta hektar yng dimiliki oleh perkebunan Negara swasta nasional serta asing. Sementara perkebunan rakyat sudah mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan yng luar biasa mengingat pada awal pengenalanya cuma 3.125 hektar (1979) yng cuma mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yng ada disaat itu (Sutrisno, 2008).
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, lantaran dunia tatkala ini tengah ramai-ramainya mencari sumber energi baru alternatif minyak bumi yng cadangannya makin menipis. Satu dari sekian banyaknya pengganti alternatif yang telah di sebutkan merupakan energi bio diesel dimana bahan baku utamanya merupakan minyak mentah kelapa sawit ataupun yng lebih dikenal yang dengannya nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini adalah energi pengganti yng ramah lingkungan, selain itu sumber energinya bisa terus dikembangkan (Ariati, R, 2007), Amat berbeda yang dengannya minyak bumi yng andai cadangannya telah habis tak bisa dikembangkan kembali.
Tuntutan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat/konsumen terhadap produk yng ramah lingkungan baik dalam proses produksi ataupun pemanfaatannya makin tinggi, ini memicu kompetisi produsen bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempergunakan serta memanfaatkan bahan baku yng pula ramah lingkungan, menjadikan industri kelapa sawit menjadi pilihan.
Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun yang terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China yang dengannya Indonesia adalah negara yng paling tidak sedikit menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa pula salah satunya konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia (Anonymous, 2006).
Seiring yang dengannya meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun yang terakhir pula menunjukan tren meningkat, rata-rata peningkatannya merupakan sebesar 11%. Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia serta Indonesia, kedua negara yang telah di sebutkan menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke 3 yang dengannya perbedaan share yng cukup jauh yakni cuma berkisar 1,3%.
Diprediksikan peningkatan konsumsi serta ekspor ini akan terus berlanjut malah dalam persentase yng lebih besar mengingat faktor yng mendukung hal yang telah di sebutkan cukup tidak sedikit, semisal: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi pengganti, dll. Malaysia serta Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yng signifikan dari negara pesaing lain-lainnya. Malah Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi ataupun ekspor CPO, lantaran didukung oleh luas lahan yng tersedia dimana Malaysia telah mulai dibatasi.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebetulnya bukan terdapat atau terletak pada tingkat permintaan konsumsi ataupun ekspornya, lantaran baik konsumsi ataupun ekspor dunia cenderung meningkat yang dengannya stabil. Permasalahan utamanya malah terdapat atau terletak pada fluktuasi harga yng tak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yng dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yakni negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai serta jagung yng biasanya adalah negara di Eropa serta Amerika (negara maju). Isu-isu semisal produk yng tak higienis, pengrusakan ekosistem hutan salah satunya isu pemusnahan orang utan adalah isu yng diangkat bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjatuhkan harga CPO dunia. Harga CPO dunia pada tahun 2006 merupakan USD540/ton, relatif tinggi andai dibandingkan yang dengannya harga selama tujuh tahun yang terakhir, meskipun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton (Anonymous, 2007).
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengatasi fluktuasi harga ini, pihak gabungan pengusaha kelapa sawit Malaysia (MPOA) serta gabungan petani kelapa sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan perjanjian kerja percis yng didukung penuh oleh pemerintahan kedua negara, yng isi perjanjian diantaranya merupakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi stabilitas harga CPO. Perkembangan Ekspor serta Konsumsi CPO Dunia.

Sumber rujukan dan gambar : http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/2012/11/perkembangan-minyak-kelapa-sawit-dunia.html.

Seputar Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia | Komoditas Kelapa Sawit

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia | Komoditas Kelapa Sawit