Perkembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia

- September 04, 2017

Perkembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia

 
Sumber: Informasi Iptek Topik: Industri Tags: Biofuel, Energi Pengganti, Industri Kelapa Sawit
Tidak sedikit hal yng mampu kita cermati dari kegiatan “Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit” yng diadakan di BPP Teknologi pada tanggal 18-19 Juli 2007. Bagi orang yng tak berkecimpung dalam penelitian ataupun usaha kelapa sawit, sambutan serta paparan dari beberapa keynote speaker saja telah bisa atau mampu memberikan gambaran betapa menariknya industri kelapa sawit ini.
Didasari data tahun 2006, Indonesia sudah menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia yang dengannya total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara negara tetangga kita Malaysia yng selama ini berada pada posisi no.1, tatkala ini berada pada posisi ke-2 yang dengannya total produksi sebesar 15.8 juta ton (sumber: pidato sambutan kepala BPP Teknologi & berkas sambutan menteri perindustrian RI). Yng menarik dari data ini merupakan, diluar dugaan Indonesia bisa atau mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1 di dunia 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, di mana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010 (sumber: berkas pidato menteri riset serta teknologi, presentasi deputi kepala BPPT bidang teknologi berita, industri serta material).
Yang dengannya besarnya produksi CPO yng bisa atau mampu diperoleh, tentunya hal ini berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, ataupun besarnya tenaga kerja yng terserap di sektor industri ini yng mencapai 8.5 juta orang (sumber: berkas sambutan menteri negara riset serta teknologi). Sektor ini pula bisa atau mampu menaikan taraf hidup warga atau juga bisa dikatakan masyarakat di sekeliling perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini tidak lebih dari 6%, jauh lebih rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar 17% (sumber : berkas sambutan menteri negara riset serta teknologi). Boleh disebut, industri kelapa sawit ini bisa diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Di balik prestasi di atas, sederet permasalahan masih membelit industri ini. Agaknya, andai sebahagian permasalahan saja mampu diatasi, Indonesia akan bisa atau mampu mendapatkan devisa jauh lebih besar daripada yng bisa kita nikmati tatkala ini. Satu dari sekian banyaknya permasalahan utamanya merupakan masih rendahnya muatan teknologi yng bisa atau mampu diterapkan, menjadikan mayoritas devisa dari industri ini berasal dari industri hulunya. Padahal, nilai tambah terbasar bahkan terdapat pada industri hilirnya. Amat tidak sedikit produk turunan yng mampu diperoleh dari kelapa sawit. Industri ban, emulsifier, kertas, makanan serta minuman, personal care, kaca filem, bahan peledak, hingga kepada bahan bakar. Cuma saja, semisal industri oleo kimia, pertumbuhannya relatif stagnan (Marzan,2007). Sementara, industri biofuel yng telah dipagari yang dengannya instruksi presiden no.1 tahun 2006, pula menuai tidak sedikit kendala.
Beberapa langkah strategis sudah di lakukan seluruh elemen warga atau juga bisa dikatakan masyarakat dalam merespon naiknya harga minyak dunia serta turunnya produksi migas Indonesia. Kuatnya keinginan Indonesia bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari energi pengganti alternatif minyak bumi, adalah upaya yng patut diacungkan jempol. Ini merupakan sebuah upaya yng pendapat dari hemat penulis, akan menjadi solusi jangka panjang yng Amat baik. Produk biofuel yng bisa dibuat dari kelapa sawit, pohon jarak, tebu, serta lain-lain, sudah direspon oleh Pertamina yang dengannya produknya Biosolar serta Biopremium yng adalah campuran antara biofuel yang dengannya solar ataupun premium. Agaknya, turunnya harga minyak dunia sudah menyurutkan kembali keinginan negara kita bagi atau bisa juga dikatakan untuk melirik biofuel menjadi energi pengganti. Tak bisa disangkal bahwasanya biaya produksi biofuel ini masih tinggi. Pertamina sendiri sudah menanggung kerugian yng cukup besar bagi atau bisa juga dikatakan untuk mensubsidi produk bahan bakar yang dengannya kandungan 5% biofuel yang telah di sebutkan. Malah, Pertamina mulai menurunkan kandungan biofuel menjadi 3% bagi atau bisa juga dikatakan untuk menekan kerugian. Namun, tumbuhnya beberapa bentuk bisnis yng terkait yang dengannya industri biofuel ini pula tak mampu dibiarkan mati begitu saja. Butuh adanya kesungguhan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengawal instruksi presiden di atas.
Tingginya harga CPO dunia, diluar dugaan pula menuai masalah di dalam negeri. Semisal yng kita sama-sama ketahui, berlangsung kelangkaan pasokan minyak goreng di dalam negeri, lantaran nilai ekspornya yng sedemikian menarik hati. Belum lagi permasalahan-permasalahan lain yng pula menyertai keberadaan kelapa sawit ini, semisal kritikan ahli lingkungan serta dunia internasional terhadap banyaknya hutan tropis yng dibuka bagi atau bisa juga dikatakan untuk lahan perkebunan kelapa sawit.
Terlepas dari adanya dampak negatif yng mengiringi tumbuhnya industri kelapa sawit ini, akan tetapi kita mampu berharap dari besarnya pertumbuhan industri ini. Bnanyak hal yng pernah sempet dibicarakan oleh para pembicara di seminar ini supaya produk kelapa sawit ini lebih kompetitif, serta bisa atau mampu merespon isu-isu lingkungan. Solusi ini menyangkut industri hulu hingga hilir, dan dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan. Beberapa hal penting yng butuh dicermati merupakan
1. Peningkatan aktivitas penelitian pada teknologi pembibitan agar bisa kita bisa atau mampu menghasilkan bibit kelapa sawit yng unggul serta bisa atau mampu memenuhi kebutuhan pasokan bibit kelapa sawit Indonesia. Tanpa butuh melirik pasar ekspor bibit kelapa sawit, kebutuhan dalam negeripun telah Amat tidak sedikit. Negara semisal Malaysia serta Thailand yng mempunyai kemampuan teknologi pembibitan lebih baik, dan keterbatasan perluasan lahan bagi atau bisa juga dikatakan untuk perkebunan kelapa sawit, tentu akan melirik Indonesia menjadi negara yagn akan butuh bibit kelapa sawit dalam jumlah tidak sedikit, seiring yang dengannya rencana peluasan lahan kelapa sawit ke pulau kalimantan serta papua. Yang dengannya mampunya kita memenuhi kebutuhan lokal, dua keuntungan akan bisa atau mampu kita peroleh, yakni tak tergantungnya kita akan pasokan bibit dari luar, serta terbukanya lahan pekerjaan bagi para petani ataupun para peneliti pada bagian pertanian.
2. Masih terkait yang dengannya point 1, produk kelapa sawit yng diperoleh dari bibit yng berkwalitas, akan bisa atau mampu menaikan produk cpo per satuan luasnya. Yang dengannya demikian, taktik intensifikasi mampu kita jadikan solusi daripada taktik ekstensifikasi yng mempunyai dampak berkurangnya hutan tropis kita.
3. Nilai tambah. Hal yng pula tidak sedikit dibahas oleh para pembicara merupakan masih rendahnya kemampuan kita dalam meingkatkan nilai tambah melalui industri hilir. Yang dengannya baiknya prospek industri kelapa sawit kita, serta besarnya dukungan dari pemerintah ataupun perbankan, maka kita sudah mempunyai cukup modal bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan industri hilir kita. Telah saatnya kita mulai memfokuskan diri kepada industri hilir ini, lantaran ini akan mampu menjadi multiplier efect bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yng sejalan yang dengannya taktik pembangunan kita kepada industri yang dengannya nilai tambah yng tinggi serta industri jasa.
4. Peningkatan pelayanan bagi proses perijinan, penghapusan pungutan serta perbaikan fasilitas semisal pelabuhan ekspor. Perbaikan pada bidang ini akan bisa atau mampu menurunkan biaya produksi, menambah tingginya keuntungan serta makin tersedianya dana bagi atau bisa juga dikatakan untuk penelitian serta pengembangan 
Rujukan :
Kamdi Arifin, Kendala serta Harapan dalam Mendukung Percepatan Pengembangan Industri Kelapa Sawit Nasional, Dipresentasikan dalam Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Sambutan Menteri Negara Riset serta Teknologi RI pada Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Sambutan Menteri Perindustrian RI pada Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Sambutan Kepala Badan Pengkajian serta Penerapan Teknologi pada Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Budaya Hanung, Taktik perkuatan rantai Pasok Bahan Baku bagi atau bisa juga dikatakan untuk Pengolahan serta Distribusi Biodiesel, Dipresentasikan dalam Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Iskandar Marzan Aziz, Pengembangan Teknologi Industri Hilir Kelapa Sawit: Lesson Learned from Biodiesel, Dipresentasikan dalam Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.
Asmono Dwi, Teknologi Pemuliaan serta Perbenihan bagi atau bisa juga dikatakan untuk Penguatan Daya Saing Industri Kelapa Sawit, Dipresentasikan dalam Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit, BPPT, 18-19 Juli 2007.

Sumber rujukan dan gambar : http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/2015/02/perkembangan-industri-kelapa-sawit.html.

Seputar Perkembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Perkembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia