Dunia Semakin Tinggalkan Kelapa Sawit Dan Kertas Dari Hutan Tropis

- Agustus 25, 2017

Dunia Semakin Tinggalkan Kelapa Sawit Dan Kertas Dari Hutan Tropis

 
Sejumlah korporasi yng berbasis di Amerika dan Eropa, kini ramai-ramai mulai menerapkan kebijakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempergunakan sumber-sumber yng mempunyai standar keramahan lingkungan yng terperinci, baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk bahan dalam penggunaan minyak kelapa sawit, ataupun material kertas yng dipakai menjadi pembungkus yng diberikan kepada para konsumen orang-orang. Kebijakan anti-deforestasi ini mencoba supaya pihak perusahaan menjadi lebih ramah lingkungan dan tak membeli materi kertas yng bersumber dari hutan hujan tropis di dunia, di antaranya dari Indonesia.
Dari Amerika Serikat diadukan atau dilaporkan Yum! Brands, raksasa usaha makanan siap saji yng mempunyai jaringan restoran KFC, Pizza Hut dan Taco Bell menerapkan kebijakan anti-deforestasi ini bagi atau bisa juga dikatakan untuk seluruh material pembungkus makanan orang-orang. Yum! pula akan menaikan porsi penggunaan kertas daur ulang dalam seluruh material pembungkus makanan orang-orang, dan menolak bagi atau bisa juga dikatakan untuk memakai kertas yng bersumber dari penebangan hutan alami di negara-negara tropis semisal Indonesia dan Brasil.
Dala situs orang-orang, Yum! sudah berkomitmen bagi atau bisa juga dikatakan untuk membuat pembungkus makanan orang-orang menjadi lebih berkelanjutan menjadi prioritas program orang-orang. “Terkait dengan besarnya volume penggunaan pembungkus dalam produk kami, Yum! memiliki posisi yang unik untuk menyediakan materi pembungkus yang lebih ramah lingkungan bagiseluruh konsumen kami di seluruh dunia, untuk menekan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat.”
Dalam menerapkan kebijakan baru ini, pihak perusahaan makanan ini akan menjalin kerjasama yang dengannya penyuplai yng mempergunakan kertas yng mempunyai standar lingkungan yng terperinci, salah satunya yng bersertifikasi FSC (Forest Stewardship Council) dan PEFC (Program for Endorsement of Forest Certification) yng memberikan kriteria sumber tanaman, hak-hak warga atau juga bisa dikatakan masyarakat dan high conservation value forest.
Sementara dari Eropa, Neste Oil, sebuah perusahaan energi dari Finlandia sudah mengumumkan kebijakan baru dalam penggunaan minyak kelapa sawit orang-orang. Menjadi satu dari sekian banyaknya pembeli terbesar minyak kelapa sawit dunia, orang-orang sudah mendapatkan aneka macam kritik dari aneka macam aktivis lingkungan terkait kebijakan pembelian kelapa sawit orang-orang selama ini yng dinilai berkontribusi dalam kerusakan yng berlangsung di hutan hujan tropis dan lahan gambut di Asia Tenggara.
Lewat kebijakan baru ini, Neste berkomitmen bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak membeli kelapa sawit dari perkebunan yng sudah membabat hutan tropis, lahan gambut dan tak membeli dari sumber yng dialihfungsikan dari padang rumput sejak Januari 2008.
“Sebagai salah satu pembeli terbesar minyak kelapa sawit kami sadar akan tanggung jawab yang kami miliki terhadap dampak langsung dan tidak langsung atas operasi perusahaan yang kami lakukan,” ungkap Senior Vice President bagi atau bisa juga dikatakan untuk Program Keberlanjutan Neste Oil, Simo Honkanen dalam pernyataannya. “Kerjasama kami dengan The Forest Trust adalah sebuah kelanjutan dari upaya awal kami untuk membantu menekan laju deforestasi dan membantu membangun dialog yang proaktif dengan mitra kerja kami. Sebagai salah satu perusahaan terkemuka, kami memiliki kesempatan untuk mendukung praktek pembangunan yang berkelanjutan di bidang minyak kelapa sawit.”
Kebijakan dan komitmen Neste ini akan dimonitor oleh The Forest Trust (TFT), sebuah konsultan lingkungan yng baru-baru ini menandatangani kerjasama yang dengannya Golden-Agri Resources, satu dari sekian banyaknya produsen minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, dan Asia Pulp and Paper, perusahaan penghasil kertas terbesar ketiga di dunia.
Tabel: Permintaan terhadap pulp and paper Indonesia Sampai-sampai 2020
Dalam komitmen lingkungan orang-orang, Neste menyatakan cuma akan membeli biofuel dari sumber yng terpercaya, orang-orang pula akan mendukung prinsip Free, Prior and Informed Consent yng memperhatikan hak-hak warga atau juga bisa dikatakan masyarakat istiadat dan komunitas lokal di tanah istiadat orang-orang, menghindari konversi lahan di wilayah yng mempunyai kandungan karbon tinggi dan hutan yng masuk dalam kategoti high conservation value forest. Yang dengannya standar yng ditetapkan oleh Neste tatkala ini, maka perusahaan ini sudah bergerak lebih jauh dibandingkan standar yng dianut oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) tatkala ini. RSPO merupakan lembaga yng memberikan koridor dan mengawasi aktivitas perusahaan kelapa sawit di seluruh dunia supaya bergerak di dalam standar yng ramah lingkungan, akan tetapi pendapat dari Direktur Eksekutif TFT, Scott Pynton, pihaknya sudah megkritisi RSPO terkait lemahnya standar ‘tanpa deforestasi’ orang-orang.
“Dibawah RSPO anda akan tetap bisa menebang hutan sekunder, dan anda akan tetap diizinkan menebang lahan gambut,” ungkap Poynton kepada REDD-Monitor. “Kendati banyak perusahaan mengatakan kami hanya akan membeli minyak kelapa sawit berstandar RSPO, namun anda akan tetap bisa menebang hutan, lahan gambut, dan hutan sekunder.” Sumber : mongabay.co.id

Sumber rujukan dan gambar : http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/2013/04/dunia-semakin-tinggalkan-kelapa-sawit.html.

Seputar Dunia Semakin Tinggalkan Kelapa Sawit Dan Kertas Dari Hutan Tropis

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Dunia Semakin Tinggalkan Kelapa Sawit Dan Kertas Dari Hutan Tropis