Harga Kelapa Sawit Merosot Alias Melemah Dan Memburuk

- September 25, 2017

Harga Kelapa Sawit Merosot Alias Melemah Dan Memburuk

 
MEDAN – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Sumatera Utara (Gapki Sumut) memprediksi harga minyak sawit mentah (CPO) yng terus menurun dalam beberapa waktu yang terakhir masih berlanjut. Pasalnya penurunan harga yng berlangsung akibat penurunan permintaan seiring berkurangnya produksi akan makin dalam lantaran masuknya musim dingin di sejumlah negara importir CPO Sumut.
Bendahara Gapki Sumut Laksmana Adyaksa di Medan mengujarkan ada beberapa faktor internal serta eksternal yng menjadi penentu harga CPO. Diantaranya permintaan dari luar negeri. Yang dengannya masuknya musim dingin, tentunya aktifitas produksi di negara importir akan berkurang serta diikuti oleh penurunan permintaan bahan baku.
Tren ini diakui Laksamana selalu berlangsung di setiap penghujung tahun. Indonesia, menjadi satu dari sekian banyaknya produsen terbesar CPO, harusnya bisa atau mampu mengendalikan kondisi yang telah di sebutkan.
“Setelah penurunan saat panen kemarin, kita masih harus menghadapi siklus tahunan berupa menurunnya permintaan akibat negara importir terkena musim dingin. Tentunya kondisi ini akan semakin buruk setidaknya hingga akhir tahun. Kalau harga jatuh saat panen itu harusnya bisa diselesaikan pemerintah, tapi kalau saat ini enggak karena memang datang dari eksternal,” terang Laksamana, Senin (8/10/2012)
Laksmana mengungkapkan, dalam kondisi tatkala ini pihaknya cuma berharap harga minyak nabati di luar CPO bisa makin tinggi. Lantaran yang dengannya harga yng relatif tinggi semisal saat ini, CPO masih akan menjadi pilihan pengganti bagi konsumen di luar negeri.
“Secara keseluruhan, harga rata-rata CPO pada 2012 diperkirakan hanya berada pada kisaran USD1.050 metrik ton (MT). Lebih rendah dibandingkan tahun yang mencapai USD1.100 per MT. Jadi kita berharap tidak jauh-jauh dari situlah harganya,” tandas dia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Utara menegaskan andai penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) petani, yng kini jatuh sampai-sampai Rp400 lebih penyebabnya yaitu lantaran perilaku instan petani sawit yng pada akhirnya membuat petani terjebak dalam panjangnya rantai pemasaran TBS.
Bendahara Gapki Sumut Laksamana Adyaksa mengujarkan harga jual TBS di tingkat pabrik tatkala ini terbilang stabil walau yang dengannya tren yng menurun. Yang dengannya harga Rp1.300/kg tentunya masih bisa dinikmati petani, walau tidak sebaik harga mencapai Rp1.700-Rp1.800 per kg.
Adapun jatuhnya harga TBS sampai-sampai ke angka Rp400 yang telah di sebutkan hanyalah problem antara petani serta pengumpul, di mana petani tidak langsung menjual hasil produksinya ke pabrik melainkan mempergunakan jasa pengumpul.
"Harga di kita stabil kok, tapi karena petani masih cenderung menjual TBS-nya melalui pengumpul makanya harganya tertekan. Kalau lewat pengumpul kan tentunya pengumpul mendapat keuntungan yang dipotong dari harga jual TBS petani. Bahkan adakalanya, pengumpul yang dituju mencapai tiga pengumpul. Jadi keuntungan petani dipotong hingga tiga kali. Tragis memang tapi ya salah petani juga," ujarnya di Medan, Selasa (11/9/2012).
Makin parahnya penurunan harga TBS petani, diakui Laksamana pula berlangsung akibat perilaku petani yng Suka menjual hasil produksinya di luar masa panen. Padahal aksi yang telah di sebutkan secara tidak langsung menurunkan harga, serta membentuk tren pelemahan.
"Sering terjadi, TBS yang belum seharusnya dijual sudah dilelang petani ke pengumpul. Alhasil ya harganya jeblok. Wong kualitasnya saja belum jelas. Ironisnya, penurunan harga diluar masa panen ini, juga membentuk tren pelemahan di masa panen raya seperti sekarang ini," tegasnya.
Laksamana pun mengingatkan pemerintah bagi atau bisa juga dikatakan untuk segera mengambil langkah strategis bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah Perlu berani menentukan harga terendah TBS, supaya petani tetap mau menanam sawit.
"Pemerintah harus bergerak cepat. Stimulus pengusaha agar mau membangun PKS secara lebih menyebar. Bangun infrastruktur, lalu tentukan harga terendah TBS serta turunkan biaya logistik yang juga menggerus pendapatan petani kelapa sawit. Pemerintah tentunya tak ingin koridor Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara ini menjadi tak efektif karena kekurangan pasokan akibat petani berhenti berproduksikan. Tapi semuanya terserah pemerintah," tutupnya. (gna) (rhs) - Wahyudi Siregar - Okezone

Sumber rujukan dan gambar : http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/2012/11/harga-kelapa-sawit-merosot.html.

Seputar Harga Kelapa Sawit Merosot Alias Melemah Dan Memburuk

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Harga Kelapa Sawit Merosot Alias Melemah Dan Memburuk