Program Hilirisasi Produk Sawit

- Agustus 09, 2017

Program Hilirisasi Produk Sawit

 
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai program hilirisasi produk kelapa sawit yng sedang digalakkan pemerintah masih berjalan 1/2 hati. Pasalnya sampai-sampai tatkala ini pemerintah cuma berencana membangun infrastruktur industri, tanpa merangsang perilaku para pengusaha bagi atau bisa juga dikatakan untuk membangun industri pengolahan produk turunan kelapa sawit.
Bendaraha Gapki Sumut Laksamana Adyaksa mengujarkan selama ini para pengusaha cenderung lebih suka melakukan perdagangan minyak sawit mentah (CPO), lantaran tatkala ini bea keluar yng bersumber pemerintah bagi atau bisa juga dikatakan untuk minyak sawit mentah, masih percis yang dengannya produk olahan. Menjadikan lantaran tidak mau direpotkan yang dengannya sejumlah perijinan dan masalah pengolahan, para pengusaha memilih bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan ekspor CPO.
“Untuk apa diolah, kalau ekspor CPO saja sudah menguntungkan. Makanya itu perlu ada pengaturan ulang terkait bea keluar. Pemerintah harusnya membebankan bea keluar yang berbeda secara signifikan antara CPO dan produk olahannya. Bea keluar untuk produk CPO harus dibuat lebih tinggi, sehingga dengan margin yang ada para pengusaha lebih mau mengolahnya terlebih dahulu.”Ujarnya pada Smart FM di Medan, Selasa (16/10/2012).
Laksamana menambahkan, yang dengannya adanya rangsangan yang telah di sebutkan, pemerintah pula diuntungkan. Lantaran yang dengannya sendirinya investasi industri pengolahan masuk, serta lapangan pekerjaan akan terbuka yang dengannya lebih luas.
“Kalau bea keluarnya dinaikkan, tentunya investasi pembangunan pabrik yang menjadi pilihan. Tentunya ini akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Disamping itu, industri yang ada akan membuat sektor riil bergerak. Jadi ada efek dominonya, dibandingkan hanya diekspor mentah. Tapi kalau semua diserahkan pada pengusaha untuk memilih, tentunya pengusaha enggak mau repot.”Jelasnya.
Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Al Musawa menyatakan, mendukung percepatan hilirisasi produk hasil perkebunan kelapa sawit sehubungan yang dengannya prakiraan bahwasanya pada 2013 Indonesia menggeser India menjadi konsumen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di dunia.
"Bila apa yang diprakirakan itu terwujud, berarti proses hilirisasi produk kelapa sawit di Indonesia berjalan dengan baik," ujarnya di Banjarmasin, Rabu kepada wartawan yng tergabung dalam Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, Rabu, menanggapi prediksi Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
Nabiel, legislator asal daerah pemilihan Kalsel dari Partai Keadilan Sejahtera itu mengungkapkan, didasari prediksi DMSI, Indonesia akan menjadi konsumen CPO terbesar di dunia menggeser India pada tahun 2013.
Anggota Komisi IV DPR yng pula membidangi pertanian (salah satunya perkebunan) itu mendukung bila pada 2013 Indonesia benar-benar menjadi konsumen CPO terbesar di dunia.
"Selain itu percepatan hilirisasi produk kelapa sawit itu bisa mengurangi angka kemiskinan di Indonesia," lanjut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat (Jabar) itu.
Pasalnya, pendapat dari wakil rakyat yng menyandang gelar insinyur serta magister bidang pertanian itu, yang dengannya percepatan hilirisasi yang telah di sebutkan berguna industri hilir kelapa sawit di Indonesia berkembang.
"Keberadaan industri tersebut bisa menyerap tenaga kerja yang lebih besar, hal itu berarti pula mengurangi pengangguran, sekaligus menurunkan angka kemiskinan," tandasnya.
Mengutip prediksi DMSI, ia mengungkapkan, pada 2012 tiga negara konsumen CPO terbesar di dunia, yakni India 7,95 juta ton, Indonesia 7,87 juta ton serta China 6,4 juta ton per tahun.
Pada 2013 diprediksi konsumen CPO terbesar dunia, akan berganti menjadi Indonesia 9,2 juta ton, India 8,35 juta ton serta China 6,72 juta ton. Sementara perkiraan produksi sawit Indonesia 2013 mencapai 28 juta ton.
Kalau melihat angka diatas, menurutnya, walau ada peningkatan konsumsi dalam negeri, akan tetapi konsumsi yang telah di sebutkan masih relatif kecil dibandingkan CPO yng keluar.
Pemakaian CPO dalam negeri 9,2 juta ton, berguna sekitar 30 %. Selebihnya 19 juta ton ataupun sekitar 70 % diekspor.
"Kata mengekspor bahan mentah yang memiliki potensi nilai tambah tinggi sebanyak 19 juta ton. Oleh karena itu sangat disayangkan," keluhnya. (SHN-A013)

Sumber rujukan dan gambar : http://informasi-kelapasawit.blogspot.com/2013/03/program-hilirisasi-produk-sawit.html.

Seputar Program Hilirisasi Produk Sawit

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Program Hilirisasi Produk Sawit